Siaran Pers |
Jakarta, 24 Februari 2023 - Indonesia Financial Group (IFG), BUMN Holding Asuransi, Penjaminan dan Investasi kemballi menunjukkan komitmennya dalam proses transformasi tata kelola di industri keuangan non-bank (IKNB) di Indonesia. Hal ini dituangkan dalam konferensi yang berfokus pada bagaimana perusahaan dari sektor keuangan menghadapi tantangan di tahun 2023 dengan prinsip tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan yang diselenggarakan bersama Warta Ekonomi pada Kamis (23/2/2023).
Mengambil tema “Indonesia Financial System Stability Summit 2023: Stabilizing Financial System from the Global Economic Shockwaves”, konferensi tersebut turut dihadiri oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, CEO Warta Ekonomi Group, Muhammad Ihsan dan dilanjutkan dengan diskusi panel dengan jajaran narasumber dari berbagai sektor industri keuangan, seperti Group Head of Risk Management Indonesia Financial Group (IFG) R. Rachmadi Gustrian, Presiden Direktur PT Asuransi Rama Satria Wibawa (Asuransi Rama) Tjiendra Widjaja, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman, CEO & Founder Saham Rakyat Kevin Indrawan, Founder Cervo.id Cooky Adhikara, dan Financial Service Director Mekari, Jansen Jumina.
Dalam kata sambutannya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan prediksi tren kenaikan suku bunga yang didapuk akan terus terjadi ke depannya. Di samping adanya kebijakan moneter dari bank sentral negara maju yang akan menahan tingkat bunga di posisi yang tinggi.
“Perekonomian Indonesia seperti yang kita ketahui di tahun 2022 memiliki kinerja yang baik, pemulihan ekonomi pasca pandemi cukup kuat, dan tentu pertumbuhan ini memberikan status kepercayaan diri bagi kita memasuki 2023 ini agar dapat menjaga momentum yang baik, kondisi awal tahun 2023 ini memberikan beberapa konfirmasi bahwa momentum pertumbuhan tadi dari neraca perdagangan.”
Adanya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) menjadi salah satu landasan untuk antisipasi dari OJK. Dengan beberapa penyesuaian yang terjadi, OJK menyiapkan transisi yang stabil ditengah goncangan pasar keuangan global. "Fokus OJK dalam P2SK adalah menyiapkan proses transisi yang lancar dan tak menimbulkan goncangan di sektor jasa keuangan, apalagi ditengah tak seimbangnya pasar keuangan global saat ini," tambah Mahendra.
Menanggapi hal tersebut, Group Head of Risk Management Indonesia Financial Group (IFG) R. Rachmadi Gustrian turut mengungkapkan strategi utama IFG memitigasi risiko dalam menghadapi tantangan perekonomian di tahun 2023, “IFG sebagai group Holding mengimplementasikan prinsip tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan dalam satu model terintegrasi (Governance, Risk and Compliance - GRC) yang bertujuan untuk menjawab tantangan sekaligus mengambil kesempatan yang ada. Kami mengidentifikasi ada beberapa risiko utama di group karena IFG memiliki 10 anak perusahaan yang berbeda-beda tidak hanya asuransi namun ada penjaminan, asuransi sosial, capital market, dan building management jadi memang risiko yang kami kelola itu sangat bervariasi di dalam grup IFG,” ujarnya.
Beberapa langkah antisipatif yang telah dilakukan oleh IFG diantaranya (1) menyiapkan pencadangan yang mencukupi sesuai dengan kondisi portofolio terkini (Loan at risk untuk penjaminan kredit), (2) menjalankan skrenario stress testing terkait perlambatan ekonomi yang berdampak pada sektor-sektor tertentu dan dampaknya terhadap pencadangan, laba, dan permodalan grup IFG, (3) membuat mapping industri yang berpotensi terdampak perlambatan ekonomi di 2023, potensi resesi, serta inflasi dan (4) menyiapkan program switching portofolio dari industri yang terdapak resesi serta berkoodinasi dengan intensif bersama anggota Holding IFG dalam rangka memastikan ketahanan bisnis menghadapi potensi dampak perlambatan ekonomi di 2023.
Sementara itu, dari sisi implementasi GRC di ekosistem holding, IFG telah menyelaraskan model GRC terintegrasi dengan kapabilitas GRC yang ada dengan beberapa parameter seperti, mengukur risiko bisnis proses, kontrol internal, risk appetite, Key Performance Indicator, serta apakah proses itu sudah diejawantahkan dalam kebijakan perusahaan.
“Kami secara group terus melakukan koordinasi secara intensif guna memastikan semua menjalankan praktik Governance, Risk and Compliance. Hal ini untuk memastikan terjadinya sinergi antara anggota holding, jangan sampai terjadi perang premi maupun perang produk diantara anggota holding. Dengan sinergi dan proses implementasi GRC yang baik, kita bisa mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan prudent karena semua sudah terintegrasi,” tutup Rachmadi.