Siaran Pers |
Perkuat Kesadaran Budaya Hukum dan Tata Kelola, IFG Gelar Sharing Session terkait BUMN dan Aspek Keuangan Negara |
Jakarta, 27 Januari 2023 - Indonesia Financial Group (IFG), BUMN Holding Asuransi, Penjaminan dan Investasi terus memperkuat komitmennya dalam melakukan transformasi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalam berbagai aspek. Kali ini, IFG menggelar seminar sekaligus sharing session yang berfokus pada aspek legalitas antara BUMN dengan kekayaan negara yang diselenggarakan bersama IFG Corporate University (Corpu) pada Kamis (26/1/2023).
Mengambil tema “Legal Sharing Session: BUMN dan Aspek Keuangan Negara”, seminar tersebut turut bertindak menjadi wadah bagi para karyawan IFG untuk menambah pengetahuan, sekaligus sebagai wujud komitmen IFG dalam transformasi dan pengembangan kualitas SDM di tubuh perusahaan serta jajaran anak perusahaannya.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan sambutan dari Direktur Keuangan IFG Heru Handayanto, dan dilanjutkan oleh sesi paparan dari beberapa narasumber, di antaranya Koordinator 2 Asisten Deputi Hukum Korporasi Kementerian BUMN Riyanto Prabowo, Kepala Auditorat VII.D Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Didik Julianto, serta Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Feri Wibisono.
Dalam kata sambutannya, Heru Handayanto selaku Direktur Keuangan IFG mengungkapkan, “BUMN menyimpan potensi untuk bisa bersaing dengan sektor privat dengan ketat, meski kerap dicap kurang fleksibel karena terbentur oleh berbagai regulasi dan peraturan. Potensi tersebut dapat dicapai secara maksimal oleh BUMN melalui tata kelola bisnis dan mitigasi risiko secara profesional hingga nantinya diharapkan mampu mencetak pertumbuhan yang konsisten.”
Dihadiri oleh lebih dari 300 karyawan secara daring dan luring, termasuk Kepala Divisi dan Kepala Departemen IFG, sharing session ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan capacity building yang rutin diadakan oleh IFG Corporate University kepada seluruh insan IFG sebagai bagian dari upaya transformasi human capital yang terus dilakukan oleh IFG.
Pada sesi pertama, Koordinator 2 Asisten Deputi Hukum Korporasi Kementerian BUMN Riyanto Prabowo membedah tentang dinamika tata kelola BUMN, anak perusahaan, serta cucu perusahaan BUMN dari kacamata hukum yang berlaku. Paparan juga termasuk alasan dan landasan hukum dibentuknya holding-holding BUMN layaknya IFG, sebagai upaya sinergi dan implementasi strategi pembinaan BUMN.
“MK telah menetapkan bahwa BUMN memang mengelola uang negara namun pengelolaannya tidak lagi menggunakan mekanisme instansi pemerintah tapi harus dikelola sesuai kaidah-kaidah perusahaan. Untuk itulah, Kementerian BUMN terus mendorong kinerja positif BUMN agar dapat berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dicapai menggunakan strategi jangka panjang berupa framework klasterisasi yang fokus pada kesamaan model bisnis BUMN, yang mendasari dibentuknya holding-holding BUMN untuk membentuk sinergi antar anak perusahaan yang diharapkan dapat memperkuat keuangan, aset, dan prospek bisnis dari setiap klaster, seperti IFG yang didaulat sebagai salah satu holding di klaster Jasa Asuransi dan Dana Pensiun,” ungkap Riyanto.
Pada sesi berikutnya, Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (JAMDATUN) Feri Wibisono diundang untuk turut memaparkan terkait business judgement rule (BJR) serta risiko hukum pada korporasi milik negara yang berpotensi menimbulkan kerugian negara. Selain itu, Kepala Auditorat VII.D Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia Didik Julianto juga turut memaparkan tentang peranan strategis dan tanggung jawab Holding, termasuk studi kasus dari audit yang pernah dilaksanakan oleh BPK kepada BUMN sebelumnya.
“Kita mendapat tugas dari pemerintah untuk membuat industri asuransi dan penjaminan menjadi sehat dengan tetap fokus untuk menjadi market leader. Jadi kita harus tumbuh sehat, tumbuh kuat tanpa meninggalkan compliance dan risiko hukum. Acara sharing hari ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk kita di IFG agar bisa menyadari bahwa budaya taat hukum tidak menjadi hambatan untuk kita tetap bisa agile terhadap keadaan, dan dapat bersinergi dengan baik sehingga dapat mencetak kinerja yang positif,” tutup Heru.